Kisah

Jumat, 08 April 2016

Sepenggal Cerita Pra-Umroh

Bagi umat muslim, siapa yang ngga ingin pergi ke tanah suci? Baik berhaji ataupun umroh. Bermanja dalam sujud-sujud disetiap kesempatan sholat, dan rasanya tak ingin berlama-lama meninggalkan rumah Allah, bahkan berlomba untuk mendapatkan shaf terbaik dan terdekat dengan baitullah. Ya...umroh dan haji memang menyenangkan, semenyenangkan degdegannya hati menghitung hari keberangkatan dari tanah air. Percayalah, beribadah menjadi tamu Allah jauh lebihendebarkan daripada degup manja cinta pertama.
 
Umroh dan berhaji tidak semudah kita bepergian ke luar kota atau negara tetangga. Butuh visa dan buku kuning tanda kita sudah vaksin menginitis. Ditambah untuk para wanita usia produktif, perlu perhitungan tepat untuk bepergian umroh agar saat pelaksanaan ibadah tamu bulanan tiba-tiba datang. Tapi apalah daya, jika jadwal keberangkatan yang ditentukan oleh pihak travel umroh bersamaan dengan jadwal kedatangan si tamu bulanan.

Itulah yang terjadi dengan saya, sang pihak travel mengumumkan keberangkatan pada awal bulan di bulan Februari, tgl 6. Dan tqmu saya yang menggemaskan itu diprediksi datang di tanggal 10, tepat di hari ketika jadwal keberangkatan dari Madinah menuju Makkah untuk pelaksanaan ibadah umroh. Ulur-mengulur waktu, kira-kira tinggal 14 hari lagi keberangkatan. Buku kuning suntik menginitis sudah ditangan, tetapi hati bimbang akan kedatangan tamu tersayang. Halaaah...

Finaly, saya pergi ke dokter di sebuah rumah sakit swasta di daerah Cipondoh Tangerang, dekat rumah tinggal saya. Mengapa saya tidak datang ke dokter langganan saya saat konsultasi masalah myom? Karena antriannya bikin males, dan jadi pengen bawa nasi padang dibungkus demi menunggu antrian sang dokter langganan.

Setelah daftar, ngga lama nunggu, saya bertemu dokter ginekolog yg sudh tua, saya lupa namanya. Saya konsultasi untuk keberangktan umroh, perkiraan tanggal haid, hari pertama haid terakhir, dan kira-kira tindakan apa yang harus dilakukan. Dokter menyarankan USG, saya nurut saja. Ketika di USG tampak gumpalan yang lumayan bikin saya kaget. Myom, muncul lqgi, dengan diameter 2,5 cm. Agak shock saya, tapi tidak seperti first shocking ketika dokter mendiagnosa myom dan cyst.

Sang dokter hanya menggumam, tidak jelas, menghitung-hitung sendiri, tanya sendiri jawab sendiri, hingga membuat saya dan suami saling tatap mengulum senyum. Akhirnya keputusan sang dokter adalah memberikan primolut sebagai obat penunda haid. Diresepkan disana, obat harus diminum 2 hari sebelum berangkat, 3x sehari. Setelah hari ketiga, kurangi dosisnya menjadi 2x sehari. Bila timbul flek, naikkan dosisnya menjadi 3x sehari.

Saya bertanya "apa ini akan berhasil dok?". Tau apa yang dokter lakukan? Dia hanya menatap saya, dan saya nyengir ngga enak.

Setelah mengucapkan terima kasih, saya dan suami menuju kasir untuk membayar administrasi dan obat. Harganya lumayan, lumayan bikin nyengir untuk ukuran gaji karyawan. Tapi lagi-lagi Alhamdulillah biaya berobat bisa direimburs ke kantor suami. He...

Seminggu sebelum keberangkatan, diadakan manasik umroh dari travel penyelenggara. Sedikit menjelaskan rukun umroh yang ternyata bisa di lakukan dalam waktu 4 jam jika kita miqat diatas pesawat, atau sekitar 8 jam sampai selesai ibadah umroh jika kita miqat menempuh jalur darat. Ya, umroh bisa dilakukan sesingkat itu, yang lama adalah bermalam di Madinah, dan bermalam di Makkah. Tapi sungguh tidak rugi kita berlama-lama di Madinah dan di Makkah, karena terdapat keutamaan pahalanya digandakan 1000 kali saat sholat di masjid nabawi dan 100.000 kali saat sholat dekat baitullah (masjidil haram). Siapa yang tidak ingin berlama-lama dan bermesra-mesra mengadu, merintih, meminta, dan berdoa kepada sang Pencipta, apalagi jika suasananya sangat Islami.

Sehari, dua hari, tiga hari...saya menghitung. Hingga akhirnya hari keberangkatan itu tiba. Hari dimana saya tidak benar-benar percaya bahwa Allah memilih saya menjadi tamuNya, tamu kehormatanNya, untuk lebih dekat padaNya. Sungguh suatu nikmat yang tak terbayangkan...

Dan sepanjang jalan, saya tertidur, terbangun, makan, dan tertidur lagi...
Jangan mengharapkan hal yang spesial saudara-saudara, sepanjang perjalangan waktu terasa sore terus, karena pesawatnya seolah mengejar matahari yang sejenak lelah dan ingin terlelap terbalut malam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar