Kisah

Minggu, 19 Januari 2014

Menyapa Kaldera Gunung Ceremai di Penghujung Tahun 2012 [Part1]


Disinilah…
Di titik tertinggi di Jawa Barat…
Aku berdiri, tertegun, tanpa mampu bicara
Bahwa Kau mencipta segalanya
Dan aku adalah bukan siapa-siapa…





Ya…
Kata-kata di atas benar-benar melukiskan isi hati saya saat menjejakkan kaki di titik tertinggi bumi priyangan Jawa Barat. Saat letih terhapus hamparan langit biru dan gumpalan awan cantik sebagai nuansa hiasannya. Batu-batu cadas mengelilingi seluruh puncak Ceremai, sang bibir kaldera…

Jumat malam, 28 Desember 2012 saya bersiap mengemasi barang-barang yang akan dibawa untuk perjalanan kali ini. Perjalanan yang telah direncanakan tiga minggu sebelumnya dan sempat gagal berangkat di akhir minggu lalu karena ritme pekerjaan yang ternyata tidak bisa ditinggalkan dan kondisi fisik yang kurang baik. Saya pergi bersama Dika/Kodel dan Roy. Di banding mereka, saya adalah pendaki abal-abal yang minim pengalaman. Berbekal tekad yang kuat dan rasa kagum akan sebuah titik ketinggian, saya menggendong carrier bag yang penuh muatan.

Pukul 22.00 WIB, kami bertemu di terminal Lebak Bulus, karena terminal itulah akses yang palng dekat bagi kami bertiga untuk berkumpul. Setelah saling berjabat tangan dan menyapa, kami buru-buru memasuki terminal dengan membayar retribusi Rp. 3.000,- untuk tiga orang. Kami sedikit pesimis, apakah akan mendapatkan bus yang menuju Cirebon. Berdasarkan informasi dari bapak penjaga pintu terminal, bus ekonomi menuju Cirebon akan berangkat sebentar lagi. Beruntungnya kami, saat kami naik bus tersebut, ternyata masih tersisa 3 kursi walaupun harus menekuk pinggang 90 derajat. Maklum, bus yang kami tumpangi adalah bus ekonomi, Lur Agung, jurusan Sindang Laut Cirebon. Hanya bus itu yang menuju Cirebon.

Kondektur bus mulai menarik ongkos dari setiap penumpang, Rp 45.000,- dan tertulis di tiketnya “lindungilah dalam perjalanan sampai tempat tujuan”.Bus pun bergerak lambat larut dalam kemacetan Jakarta. Namun itu hanya sesaat, karena setelah melewati pintu tol, supir bus mulai menampilkan kehebatannya. Bus mulai ganas berlari melewati setiap kendaraan, seakan tidak ingin kalah dalan berlomba lari marathon. Sang supir tidak perduli bahwa pemumpang berjejalan berdiri. Kanan, kiri, tengah, semua dilewati. Sampai akhirnya saya terlelap diantara penumpang yang entah sedang berpikir hal yang sama atau tidak tentang sang supir.

Tiba-tiba saya terbangun saat mendengar suara keras dari sisi sebelah kiri. Ternyata sang supir terlalu dekat dengan sebuah truck di sisi kiri sehingga menyenggol spion. Sungguh merupakan hal yang membuat jantung saya terpacu, deg-degan. Tetapi karena ngantuk yang sangat hebat, saya kembali tertidur. Entah dimana dan jam berapa, saya mendapati kemacetan sepanjang jalur pantura. Dan lagi-lagi macan pantura ini menunjukkan aksi mencekamnnya. Ya…sang supir membawa kendaraannya ke sisi lawan yang lebih sepi dan lancer. Pembatas jalan pun dilaluinya sehingga bus benar-benar melawan arus.

Sampai akhirnya sang kondektur berteriak-teriak “Kuningan Linggar jati Cilimus” saya dan kedua teman saya turun di sebuah persimpangan sepi. Terdapat plang menuju Semarang, Kuningan, dan Sindang Laut dengan arah yang berbeda. Kami menyeberangi jalanan sangat hati-hati. Di sini ternyata banyak pembalap abal-abal yang sebenarnya tidak ada lawannya karena mengendara di pagi buta, pukul 04.00 pagi.

Tidak lama, melintas mobil Avanza, seorang bapak yang duduk di samping supir menanyakan arah tujuan kami “ Mau ke Ceremai ya dek? Lewat Linggarjati?bareng aja, soalnya mobil kea rah Cilimus belum ada kalau subuh begini” kira-kira begitu sang bapak menawarkan.Sesaat saya ragu. Tapi Kodel meyakinkan dengan isyarat mata “ tidak apa-apa”. Akhirnya kami bertiga menumpang mobil itu. Dengan kesepakatan mendadak kami memberikan uang rokok untuk sang supir sebesar Rp.50.000,-. Hitung-hitung sebagai ongkos dari pertigaan Sindang Laut tadi. Kami berhenti di depan Indomart dekat terminal Cilimus untuk membeli logistic yang kurang. Ternyata sang bapak bersedia tanpa kami minta mengantarkan sampai ke pertigaan Linggarjati melewati terminal Cilimus padahal tujuan awalnya adalah Cilimus. Dengan senang hati kami mengiyakan, dan tanpa diduga kami malah diantar sampai pos pendaftaran basecamp Linggarjati. Terima kasih ya pak… (bersambung)

Foto ini diambil sesaat sebelum pendakian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar