Telaaaat banget...
Udah lama ngga buka-buka blog. Akhirnya menyempatkan diri lagi untuk mencurahkan isi hati. Mumpung ada waktu luang....
Awalnya,
gara-gara diracun sama Kodel, sahabat terbaik gw. Kodel ngajak ng-trip
ke Baduy setelah sebelumnya main-main ke Pangandaran, biar ga galau mulu
katanya. Hihihi...maklumlah galau tiada akhir waktu itu. Tapi kali ini
ajakannya ke Baduy ala backpacker, ngga seperti trip ke Pangandaran bawa
mobil sendiri. Sayangnya, pas hari H mau berangkat, fisik kita berdua
sama-sama drop, demam, dan ga memungkinkan untuk pergi ikutan trip ke
Baduy bareng Rahmat.
Kecewa udah pasti, karena
sebelumnya gw anak pingitan yang ngga pernah kemana-mana, ngga pernah
mblusuk-mblusuk ke hutan rimba. Jadi pasti semangatnya berlebihan donk
karena mau ikutan ng-trip. Tapi ternyata Kodel ngajak gabung ke trip
keliling 3 pulau di kepulauan seribu. Sayangnya waktu itu gw kurang
begitu semangat karena air laut di sekitaran pulau Untung Jawa masih
tergolong coklat. Terus gw diajakin maen-maen ke Gunung Padang Cianjur,
bikepackeran bareng Agiezt n Roni. Nah, kepincut dah gw sama udara
gunung.
Terinspirasi dari novel 5 cm, Kodel
meng-arrange trip ke Gunung Pangrango. Katanya sih gunung paling tinggi
kedua di Jawa Barat, 3018m dpl. Jelas gw seneng banget, apalagi waktu
itu gw ngga cuma berdua sama Kodel, ada Bapak Dani, Rofiq, juga Hisan
yang ikutan gabung di trip ini. Segala gear mulai dikumpulin karena gw
yang paling parah, ngga punya gear apa-apa buat safety di gunung.
Belanja ini itu, mulai dari keril, sleeping bag, matrass, windstopper
jacket, kupluk, sepatu treking, rain coat, dasb. Abis deh duit tabungan
(meweeeeek). But, it's worthed. Gw puas, dan kecanduan ng-trip sampe
sekarang.
Rencananya, kita mau lewatin 2 puncak,
Pangrango, lanjut ke Gede. Masuk lewat jalur Cibodas, dan keluar di
jalur Gunung Putri.Tanggal 13 Juli 2012 malam hari, kita berlima janjian
ngumpul di rumah Rofiq, daerah Margonda Depok. Jam 12 malem kita
berangkat menuju terminal kampung rambutan karena sebelumnya nungguin
Kodel ngibulin bokapnya Rofiq tentang kamera dan lensa. Kita naik bus
ekonomi jurusan Tasikmalaya. Waktu itu per orang kena charge 17500 untuk
ongkos busnya. Ternyata perjalanan ngga lama-lama banget. jam 3 pagi
tau-tau sampe di Cibodas.
Suasana udah berasa
dinginnya, maklum daerah pegunungan walaupun cuma di kaki gunung. Di
Cibodas ada alfamart, sahabat para pendaki, yang buka 24 jam. Kita beli
tambahan logistik disana, numpang pipis juga, plus beli kartu poker
walaupun akhirnya ga kepake di gunung. Hahaha...
Jam
setengah 5, kita semua udah berasa laper. Mungkin karena udaranya
dingin. Dan di seberang alfamart pas banget ada abang-abang yang jualan
bubur ayam. Makan deh kita disana, per porsi harganya 7000 kalo ngga
pake sate usus or ati-ampela. Jam 5 kita lanjut ke atas, numpang sholat
di kantor TNGGP, tempat dimana kita registrasi kalo mau naik
Gede-Pangrango. Waktu itu kita sewa angkot dengan perjalanan sekitar 20
menit, per orang kena charge 5000, agak mahal sih tapi ngga apa-apa deh
save energi. Apalagi buat pemula kayak gw. Lumayan tuh jalan ke atas
bisa sejam sendiri.
Jam 6 pagi 14 Juli 2012, kita tepat
di gerbang TNGGP Cibodas. Setelah lapor ke penjaga pos, mulailah
pendakian santai sambil ketawa-ketawa plus curhat (kali ini curhatnya ga
pake galau). Lewat telaga biru, jembatan, lanjut sampe kandang batu,
kita kelaperan. Pas jam 12 siang kita take a break di sana, sholat,
bobo-bobo bentar, dan masak-masak deh kita disana, nasi plus sup sayuran
ala Pangrango. Rasanya, ngga usah ditanya, ajiiiib!
Setelah
kenyang dan cape berkurang, kita lanjut menapaki tanah Pangrango
selangkah demi selangkah. Track yang dilewati masih cukup landai sampai
akhirnya jam 3 sore sampai di Kandang Badak. Waktu itu kita memutuskan
untuk lanjut, dan berniat mendirikan tenda di Mandalawangi. Semangat
kami masih membara. jalan setapak yang semakin curam kami lalui,
pohon-pohon tumbang semakin banyak. Sampai lewat magrib, kami masih
terus mendaki, bergantung pada akar dan pepohonan sebagai pegangan.
Waktu
sudah menunjukkan jam 8 malam, dan kami masih belum melihat tanda-tanda
puncak Pangrango. Napas gw juga udah putus-putus, satu-satu, dan
semakin sesak. Udara begitu dingin, dari kompas milik Kodel menunjukkan
suhu udara 5 derajat Celcius. Pantas saja, walaupun sudah berjaket dan
sarung tangan, gw masih merasa dingin. Rofiq pun memutuskan untuk break
sebentar karena kondisi gw makin memburuk, udah ngga bisa fokus dan ngga
ngrespon waktu diajak ngomong. Ventolin pun akhirnya gw gunain untuk
membantu melegakan napas gw yang makin sesak,ya...asma gw kumat.
Akhirnya
tim memutuskan bakal buka tenda dimanapun asalkan ada tanah yang
lumayan lapang dan cukup untuk ng-camp. Jam 9 malam lewat, kita dapet
lahan yang lumayan luas. Kodel dan Hisan dengan cekatan pasang
tenda,Rofik dan Bapak Dani mulai menyalakan kompor dan masak makan
malam, apalagi kalo bukan mie instans yang bisa dengan cepat dimasak.
Setelah tenda berdiri sempurna, gw ganti baju karena baju gw basah
karena keringat,dan langsung masuk sleeping bag karena bener-bener
kedinginan sampe tangan dan kaki gw mati rasa. Setelah makan 3-4 suap,
gw ngga inget apa-apa lagi. Sampe tau-tau kebangun jam 12 malem....
Walaupun
udah di dalam sleeping bag dan tenda tertutup rapat tapi terasa banget
dinginnya. Ternyata ini yang dinamakan gagal tenda. Baru kali ini gw
bener-bener merasakan dingin yang luar biasa. Sampai susah untuk tidur
lagi walaupun badan terasa letih. Lama gw kebangun, sampe terdengar
suara seseorang menggigil. Ternyata itu Hisan, dan dia ada di luar tenda
bersama bapak Dani. Gila!!!! Sedingin ini mereka ada di luar karena
tenda yang dibawa cuma cukup untuk 3 orang. Akhirnya kapasitas tenda
dipaksa menjadi 4 orang, dan gw keluar untuk memanaskan air susu jahe
yang sudah dingin. Lumayan untuk menghangatkan kaki dan tangan Hisan
yang terlanjur beku.
Pagi hari, jam 5. Udara tetap
dingin. dengan terpaksa gw bangun dan duduk terlipat karena tenda yang
sempit dan Kodel ingin sholat subuh. Setelah itu gw yang sholat dengan
tubuh tetap dibalut SB. Ngga lama, kita tidur lagi. dan jam 6 baru
beranjak keluar tenda untuk summit menuju puncak Pangrango.
Tidak
sampai 20 menit ternyata, dihadapan gw berdiri tegak triangulasi
Pangrango 3018 mdpl. Jadi semalaman tidur di bibir jurang kalau dipaksa
jalan, sudah sampai puncaknya.Hahaha..
Cukup lama kami foto di
puncak dengan latar gunung Gede. Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju
alun-alun mandalawangi, padang Edelweis cantik yang baru pertama kali
gw lihat dengan mata kepala gw sendiri. Rasanya campur aduk, haru
menyeruak, kagum, takjub dengan keindahan ciptaan dan lukisan alam Sang
Maha Pencipta. Baru kali ini gw melihat indahnya alam secara langsung,
merasakan angin yang menyapu wajah, dingin yang ramah, bunga-bunga
cantik, rumput yang luas, aaaah...bener-bener indah. Dan gw ngga rugi,
bener-bener ngga rugi ikut mendaki bersama kalian...
Take
nothing but picture. Leave nothing but footprint. Kill nothing but the
time. Because i'm the backpacker, and promise will always love the
world,ever after....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar